INILAH.COM, Jakarta – Sikap bungkam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet M Nazaruddin dinilai sebagai trik untuk mencari simpati dari publik. Apalagi Nazaruddin menyeret-nyeret nama SBY yang diminta untuk tidak melibatkan istrinya di proses hukum.
Menurut Ketua DPP Partai Demokrat I Gede Pasek Suardika, aksi bungkam dan menyeret nama SBY untuk tidak menyentuh istri dan anaknya merupakan judul baru dari drama kebohongan Nazaruddin untuk mencari simpati publik.
"Gaya bisa berbeda, tetapi intinya adalah sama, yaitu ingin memposisikan dirinya sebagai korban, pahlawan dan sejenisnya. Padahal, sejatinya dia adalah tersangka utama," ujar Pasek, kepada INILAH.COM, Kamis (18/8/2011).
Jika mengerti masalah hukum, Nazaruddin atau pengacaranya seharusnya tidak melontarkan kata-kata tersebut. "Kalau memang dia bilang dirinya saja dihukum lalu istri dan anaknya jangan, karena dia tahu dirinya tidak bisa mengelak lagi dari hukuman yang mengancam, ini jelas suatu sandiwara," imbuhnya.
Pasek mengatakan, sebagai orang yang pernah menjadi anggota Komisi III bidang hukum, tentunya Nazaruddin sangat paham bahwa seseorang dipidana bukan atas permintaan. Tapi atas perbuatan yang dilakukan.
"Karenanya, saya berharap KPK fokus saja ke penegakan hukum yang obyektif, jujur dan profesional, jangan terpancing permainan politisi yang ingin memback up Nazarudin maupun manuver Penasihat Hukumnya," jelasnya. [tjs]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar